Oke, gue akuin, cerpen gue memang bagus! Tapi bukan begitu cara lo meng-apresiasikan betapa bagusnya cerpen gue. Membajak karya orang itu TINDAKAN KRIMINAL dan lo semua itu berarti sama aja kayak penjahat! *emosi*
Pertama http://www.fanfiction.net/s/7471600/1/Dream-Come-not-True yang sangat dodol mengcopy paste karya saya tanpa permisi. cuma dia ganti nama tokohnya aja githu. Ni orang belum pernah disambit pake sendal jepit kali ya...
Kedua, Manusia Durjana yang membajak karya saya adalah pemilik blog ini
http://ms-fitria.blogspot.com/2011/10/dream-come-not-true.html yang
ternyata juga hanya mengganti nama tokohnya aja.
yang ketiga adalah manusia
yang sedikit kreatif, dia memodifikasi cerita saya, tapi tetap aja judulnya
ngebajak! pemiliknya http://kepiting-perkedel.blogspot.com.
tapi belakangan akun blogspotnya sudah dihapus setelah orang itu saya tuntut
abis-abisan. kasian... hehehehe
Bodoh banget lo semua, udah
ngebajak, ketahuan sama yang punya karyanya lagi. kagak profesional banget deh!
Dan berikut adalah karya
original saya... Selamat membaca!!!
Dream
Come (Not) True
Triana
Fibrianty
Kata orang, mimpi
itu adalah bunga tidur, benar gak sih? Trus kenapa juga orang tidur bisa mimpi?
Lucunya, tuh mimpi kadang aneh! Iya, aneh! Soalnya semalam aku baru saja mimpi
aneh yang bikin aku jadi bingung gara-gara tuh mimpi. Dari tadi aku bangun
tidur, sampai sekarang, aku gak bisa berhenti mikirin apa maksud dari mimpi
itu.
Gini, aku ceritain
tuh mimpi ya biar kalian gak penasaran. Jadi, semalam aku bermimpi aku jalan
sama seorang cowok sambil bergandengan tangan menyusuri tepi pantai, kami
berjalan di atas hamparan pasir putih. Saat itu, langit senja berwarna
kemerahan menjadi backgroundnya.
Aku dan cowok itu terus
berjalan, sampai kemudian cowok itu menahan tanganku untuk berhenti, aku
menghentikan langkahku, kuberanikan diri untuk menatap wajah cowok itu, dia
tersenyum padaku, dan tanpa permisi dia mencium keningku, kemudian memeluk
tubuhku. Aku tidak bisa menolaknya, karena saat dia memelukku, aku merasakan
kehangatan menjalar di tubuhku. Cowok itu terus memelukku, sampai pada akhirnya
aku terbangun. Mimpi yang sangat romantis kan? Tapi aneh! Mungkin kalian
bingung ya, memikirkan di mana letak keanehan dari mimpi itu? Memang sih, gak
ada yang aneh, tapi yang bikin aneh itu adalah cowok yang ada di mimpi itu.
Jelas-jelas aku tahu banget cowok yang ada di mimpi aku itu. Dia adalah Waqid.
Dan yang bikin aneh lagi adalah Waqid itu bukan pacarku (karena aku lagi
jomblo), bukan juga mantan pacarku, bukan teman baikku pula. Oke lah dia itu
memang teman sekelasku, tapi sumpah deh! Aku sama sekali gak suka sama dia,
ngobrol sama dia saja jarang, paling ngomongnya kalau ada yang penting doang,
kalau gak ada yang penting, ya bodo amat!
Aku memang gak dekat
sama Waqid. Makanya aku heran kenapa dia bisa hadir di mimpi aku, padahal aku
gak sedikitpun mikirin dan merhatiin dia. Lah, kok dia bisa eksis di mimipi
aku? Pakai ada adegan romantisnya segala lagi. Akh, aku jadi stress mikirinnya
nih!
“Hei! Dodol garut!
Pede banget sih hidup lo, sudah tahu telat eh jalannya kayak keong!” seru
seseorang yang membuyarkan lamunanku.
“Eh, elo, Nev! Lah
kok gue ada di sini sih?”
“Mati rabit, ternyata
lo dari tadi bengong, Lun?” tanya Neva sambil mengendarai motornya pelan-pelan.
“Gak tahu! Trus, lo
kok ada di sini?”
“Wah, parah lo!
Kenapa lo, Lun? Kok kayak orang plongo githu? Halah, itu sih entar saja
dijawabnya, yang penting kita sudah telat nih, buruan naik ke motor gue!” Neva
langsung menarik tanganku.
“Apa? Telat?
Perasaan tadi gue berangkat dari rumah setengah enam kok…”
“Sumpah lo?
Berangkat jam setengah enam, jam tujuh lewat masih ada di sini? Jangan-jangan
lo dari rumah sampai sini jalan kaki ya?”
“Gak tahu, gue
lupa!”
“Lo kenapa sih, Lun?
Dari tadi kok aneh banget? Sakit?”
“Gak tahu, gue
bingung!” jawabku yang kayaknya belum menyatu dengan alam.
****
Sip deh! Untung saja
pintu gerbang sekolah belum di tutup. Jadi masih belum terlambat. Setelah parkir
motor, aku dan Neva lari-larian menuju kelas, coz biasanya jam segini, Bu
Darmaya yang maha killer itu, sudah masuk kelas dan dia paling benci sama anak
yang datang telat. Kalau dia nemuin anak murid yang masih saja telat waktu
pelajaran dia, dia akan siksa anak itu sampai termehek-mehek. Maksudnya biar
ada efek jera tapi caranya sadis euy!
Tepat di depan
kelas,
“Wadaaaw! Waqid, kalau
jalan lihat-lihat dong, hampir saja gue ketabrak sama lo. Kan bukan muhrim
tauk!” semprot Neva yang nyaris bertabrakan dengan Waqid.
“Wah, kalian telat
ya? Selamat lo, untung Madam Killer gak ada. Coba kalau ada, bisa dicincang
jadi perkedel lo!” ledek Waqid.
“Memang Miss Devil
itu kemana?”
Duuh! Kok aku jadi
deg-degan sih di depan Waqid? Perasaan dulu kalau dekat Waqid, biasa saja deh.
Apa ini efek dari mimpi aneh itu? Bodoh, itu kan cuma mimpi, masa aku harus
terpengaruh sama mimpi yang gak jelas itu? Buat apa juga dipikirin!
“Luna kenapa sih?
Kok wajahnya kelihatan bingung githu? Lagi mikirin apaan?” Tiba-tiba Waqid menatapku
dan DUUUUUAAAARRRRR! Jantungku langsung berdenyut ekstra keras dan cepat.
“Tau tuh! Dari tadi
dia aneh banget, bengong saja. Sampai-sampai dia gak sadar kalau dari rumahnya
di Proyek sampai sekolah jalan kaki,”celoteh Newva.
“Wah, gawat tuh!
Jangan-jangan Luna dihipnotis orang. Coba periksa hape sama dompetnya, masih
ada atau gak?”
“Gue gak kenapa-napa
kok… sudah ah, gue mau tidur. Mumpung lagi gak ada guru, gue masih ngantuk
nih!”
Padahal sih
kenyataannya aku gak bisa tidur sama sekali. Aku masih saja kepikiran sama
mimpi itu. Sambil sesekali memperhatikan Waqid yang kini berada tepat di
hadapanku, paling cuma berjarak semeter saja dari tempat aku duduk.
“Luna, gue hitung
sampai tiga, lo harus cerita ke gue. Kalau gak, jangan pernah anggap gue
sebagai sahabat lo lagi!” kata Neva yang tahu-tahu sudah nongol di hadapanku.
“Apaan sih? Memang
apa yang harus gue ceritain ke elo?”
”Jangan sok bego,
gue tahu banget, lo lagi ada masalah kan? Cepet ceritain ke gue atau gue akan
buat perhitungan sama lo!”
“Lo tuh kenapa sih
ngancamnya githu mulu, bosen gue!”
“Makanya kalau gak
mau diancam, lo harus cerita ke gue!”
“Tapi lo janji ya
jangan ngetawain gue. Gue bingung, Va,
semalam gue mimpi aneh banget!”
“Mati rabit, jadi lo
dari tadi plonga-plongo kayak kebo cuma gara-gara mimpi? Gue kira lo lagi ada
masalah besar eh ternyata cuma gara-gara mimpi, rugi gue khawatirin elo!”
“Tapi ini mimpinya
aneh banget, Va. Gue mimpi di peluk sama Waqid!”
“Haaaa? Waqid?”
“Ampun deh, dia
teriak, kalau orangnya dengar gimana? Gue gigit lo!” omelku.
“Sory, sory, memang
lo suka ya sama Waqid?” Neva mengecilkan volume suaranya.
“Gak, mikirin dia
saja gak, mandangin juga gak, apalagi suka. Dia kan bukan tipe gue banget.”
“Lah terus kenapa lo
bisa mimpiin dia?”
“Itu juga yang dari
tad gue pikirin, kok lo malah nanya ke gue sih? Gue juga bingung, Va. Apalagi
tadi pas gue ketemu sama dia, gue jadi grogi dan salah tingkah, jantung gue
berdebar-debar, kayaknya gue mulai terpengaruh sama tuh mimpi.”
“Jadi, intinya lo
suka sama Waqid?”
“Gak. Kan sudah gue
bilang, dia itu bukan tipe gue, Va.”
“Tapi gara-gara tuh
mimpi, lo jadi suka kan sama Waqid? Anggap saja lo suka sama dia dan gue akan
bantu lo dapetin Waqid.”
“Gila lo! Gak
mungkin laaah!”
“Kenapa gak mungkin?
Kan pelajaran Tata Boga, pas praktek masak, kita sekelompok sama Waqid. Jadi,
lo bisa pedekate sama dia! Oke?”
“Haaa?”
Mati gue, kalau
begini caranya, aku bisa suka beneran sama Waqid! Oh, Tidak!!!!
“Kok bengong lagi
sih? Lo setuju kan? Pokoknya gue yakin
deh pas acara masak-masak minggu depan, lo pasti sudah jadian sama Waqid.
Tenang saja deh! Kakaknya Waqid juga masih jomblo kok. Lo serahin saja semua
urusan ke gue,” celoteh Neva dengan nada yakin.
****
Entah kenapa ya kok
akhir-akhir ini aku jadi sering merhatiin Waqid dan suka cari perhatian ke dia?
Apa aku sudah tersugesti sama Neva yang saban hari ngomongin soal Waqid? Wah,
berarti Neva sukses donk dalam usahanya sebagai Mak Comblang!
“Hei Luna Mayat!
Mulai deh plongonya! Orang lagi pada diskusi dia masih sempet-sempetnya
bengong!” Neva marah-marah.
“Eh, gue ada dimana
nih?” Aku jadi bingung sangking enaknya melamun.
“Mati rabit, jadi
dari tadi lo gak dengarin gue, Waqid, Evan, dan Mila ngomong apa?”
“Memang kalian
ngomong apa?” tanyaku tanpa dosa.
“Lo kenapa sih, Lun?
Sakit? Kalau sakit mending lo pulang saja duluan,” sahut Waqid yang bikin aku
jadi lagi-lagi salah tingkah.
“Gak kok. Gue cuma
melamun saja tadi.”
“Ya sudah, gini loh
ceritanya, besok kan kita mau ke pasar tuh belanja bahan-bahan untuk acara
masak-masak hari senin. Jadi, kita janjian di depan pasar jam 9 pagi, on time. Nih,
Lun, lo saja yang pegang uang belanjanya, kan lo tahu sendiri gue orangnya
pelupa, jadi takut hilang.”
“Kok gue yang pegang
sih, Nev? Mila kan bisa!” protesku.
“Wah, gue gak tahu
besok bisa datang atau gak, kan gue ke gereja, gue minta toleransi lo semua
ya,” kata Mila.
“Iya deh, tapi kan
masih ada Evan.”
“Oke, sini gue yang
pegang. Lumayan bisa beli komik Naruto terbaru!”
“Yee… stress lo! Ini
kan uang buat belanja! Kalau gitu yang pegang… eh, gak deh, gue saja yang
pegang uangnya!” Aku gak sanggup untuk menyebut nama waqid yang kini ada di
hadapanku. Fuih, mana dia ngeliatin aku lagi, kan grogi!
“Oke, besok
semuanya, kecuali Mila, harus datang ya!” Neva tampak semangat.
****
Pukul 08.45 aku
sudah sampai di depan pasar yang dimaksud, tapi ternyata belum ada satupun anak
yang datang. Aku mulai curiga, jangan-jangan mereka mau ngerjain aku, aku
disuruh belanja sendirian sementara mereka santai-santai di rumah. Wah, pantas
saja uangnya dikasih ke aku. Dasar licik!
“Lun, sudah lama
nunggu ya?”
Anjrit, Waqid datang!
Dia keren banget, baru kali ini aku lihat dia gak pakai seragam. Mantap banget
deh untuk disantap eh maksudnya mantap banget untuk ditatap.
“Hei, kok bengong?”
“Oh, gak apa-apa.
Kok yang lain belum datang ya? Katanya on time, ini sudah jam 9 baru kita
berdua yang datang.”
“Memang cuma kita
berdua kok yang belanja.”
“Apaa?”
“Evan tadi telpon
gue, katanya dia gak bisa datang karena harus bawa kucingnya yang sakit ke
dokter hewan. Sementara Neva, dia gak bisa datang karena lagi dapet, sakit
perut katanya.”
Wah, ini sih
siasatnya Neva. Waduh, gila saja aku harus jalan berduaan sama Waqid? Senang
sih, tapi GROGI tauk!
Dan akhirnya, aku
gak bisa menolak untuk berduaan sama Waqid hari ini. Mana aku dan waqid disangkain
pengantin baru mulu lagi, habis mesra saja githu ke pasar berduaan. Aku
kayaknya harus berterima kasih sama Neva yang sudah kasih aku kesempatan ini.
Dan aku pikir gak ada salahnya juga kali ya aku pedekate sama Waqid. Kayaknya
dia beneran masih jomblo. Buktinya, dari tadi hapenya sepi-sepi saja tuh, gak
ada telpon atau SMS.
“Luna, awaaaas!”
Waqid memelukku. Aku jadi kaget. Rupanya aku hampir keserempet motor yang lagi
ngebut.
“Lo kenapa sih, Lun?
Kok dari tadi bengong mulu? Lo sakit? Atau capek? Ya sudah, kita istirahat dulu
ya? Kita makan, kebetulan gue juga belum sarapan!”
Eits, kok Waqid
jalannya sambil gandeng tangan aku sih? Jadi pengen senang!
“Gak apa-apa ya
kalau gue gandeng lo? Gue takut lo bengong lagi, kan gue gak mau lo
kenapa-napa, tanggung jawabnya berat ke orangtua lo!”
Oh, githu toh
maksudnya, gak apa-apa kok kamu pegang tanganku, soalnya tangan kamu hangat
banget. Hangatnya sampai menjalar ke seluruh tubuhku. Eh, kayaknya aku pernah
ngalamin hal kayak gini deh, kapan ya? Dejavu kah? Akh, aku ingat! Kejadian ini
kan sama persis sama mimpiku, cuma beda background-nya saja, kalau di mimpi
latarnya pantai, kalau sekarang latarnya pasar! Tuhan, apakah ini yang namanya
the dream come true?
****
“Sudah selesai nih
belanjanya. Lo gue antar pulang ya? Sekalian gue mau tahu di mana rumah lo. Gue
bawa motor kok.”
Duh, apa nih
maksudnya? Waqid pengen tahu rumah aku? Jangan-jangan Waqid sebenarnya juga
suka sama aku? Duh, jadi geer nih!
“Lun, rumah lo di
sekitar sini? Berarti dekat donk sama rumahnya… akh, itu dia anaknya…
Pritaaaa!” Waqid memanggil seseorang dan kemudian menengoklah orang yang
dimaksud itu. Ternyata dia manggil si Prita, tetanggaku yang baru pindah
seminggu yang lalu.
“Lo kenal Prita,
Qid?” tanyaku bingung.
“Iya, kenal banget.”
Motor Waqid berhenti di dekat Prita dan Prita tersenyum sama Waqid.
“Aa kenal juga ya
sama Luna? Oh iya, kalian kan satu
sekolah ya?” kata si Prita yang bikin firasatku jadi gak enak.
“Lun, gue gak
nyangka rumah lo dekatan sama Prita, jadi kalau gue lagi ngapel ke rumah Prita,
gue bisa sekalian nengokin elo ya…”
Mati rabit, kutu
loncat, kadal bunting, bilang kek dari dulu kalau sudah punya pacar, kan gue
jadi gak jatuh cinta sama lo gini. Dasar mimpi sialaaaan!!!
****
Obat Aborsi
BalasHapusObat Aborsi Cytotec Asli
Jual Obat Aborsi Tuntas
http://lapakobataborsi.com/