Ohayo.... Konichiwa... Konbanwa....!

Kamis, 13 Juni 2013

Cerpen : Dream Come (Not) True

Cerpen ketiga saya yang Alhamdulilah bisa dimuat lagi di Majalah. kali ini Majalah yang berkenan menampilkan cerpen saya ini adalah Tabloid Gaul.


Terbit di Tabloid Gaul Edisi 45/ thn VIII/ 23-29 November 2009

Jujur sejujur-jujurnya, cerpen ini saya buat berdasarkan kisah nyata yang pernah saya alamin. tokoh-tokoh yang ada di cerpen itu juga asli, tanpa rekayasa.Kecuali untuk nama tokoh utamanya.


Nggak taunya, cerpen dodol kayak gini lah yang membuat saya jadi eksis. SERIUSAN. setelah cerpen ini dimuat, banyak banget orang-orang yang mengajukan pertemanan di Facebook di http://www.facebook.com/triana.fibrianty dan mereka mensupport saya sebagai penulis. Terharu banget dah... *air mata bercucuran*


Sayangnya, nggak cuma kesenangan yang saya raih berkat cerpen ini, tapi ada juga yang bikin kesel. Ada beberapa orang yang ketahuan membajak cerpen saya. 

Oke, gue akuin, cerpen gue memang bagus! Tapi bukan begitu cara lo meng-apresiasikan betapa bagusnya cerpen gue. Membajak karya orang itu TINDAKAN KRIMINAL dan lo semua itu berarti sama aja kayak penjahat! *emosi*


Berikut orang-orang yang ketahuan membajak karya saya...

Pertama http://www.fanfiction.net/s/7471600/1/Dream-Come-not-True yang sangat dodol mengcopy paste karya saya tanpa permisi. cuma dia ganti nama tokohnya aja githu. Ni orang belum pernah disambit pake sendal jepit kali ya...


Kedua, Manusia Durjana yang membajak karya saya adalah pemilik blog ini 

http://ms-fitria.blogspot.com/2011/10/dream-come-not-true.html yang ternyata juga hanya mengganti nama tokohnya aja.



yang ketiga adalah manusia yang sedikit kreatif, dia memodifikasi cerita saya, tapi tetap aja judulnya ngebajak! pemiliknya http://kepiting-perkedel.blogspot.com. tapi belakangan akun blogspotnya sudah dihapus setelah orang itu saya tuntut abis-abisan. kasian... hehehehe

Bodoh banget lo semua, udah ngebajak, ketahuan sama yang punya karyanya lagi. kagak profesional banget deh!

Dan berikut adalah karya original saya... Selamat membaca!!!


Dream Come (Not) True
Triana Fibrianty




Kata orang, mimpi itu adalah bunga tidur, benar gak sih? Trus kenapa juga orang tidur bisa mimpi? Lucunya, tuh mimpi kadang aneh! Iya, aneh! Soalnya semalam aku baru saja mimpi aneh yang bikin aku jadi bingung gara-gara tuh mimpi. Dari tadi aku bangun tidur, sampai sekarang, aku gak bisa berhenti mikirin apa maksud dari mimpi itu.

Gini, aku ceritain tuh mimpi ya biar kalian gak penasaran. Jadi, semalam aku bermimpi aku jalan sama seorang cowok sambil bergandengan tangan menyusuri tepi pantai, kami berjalan di atas hamparan pasir putih. Saat itu, langit senja berwarna kemerahan menjadi backgroundnya.

Aku dan cowok itu terus berjalan, sampai kemudian cowok itu menahan tanganku untuk berhenti, aku menghentikan langkahku, kuberanikan diri untuk menatap wajah cowok itu, dia tersenyum padaku, dan tanpa permisi dia mencium keningku, kemudian memeluk tubuhku. Aku tidak bisa menolaknya, karena saat dia memelukku, aku merasakan kehangatan menjalar di tubuhku. Cowok itu terus memelukku, sampai pada akhirnya aku terbangun. Mimpi yang sangat romantis kan? Tapi aneh! Mungkin kalian bingung ya, memikirkan di mana letak keanehan dari mimpi itu? Memang sih, gak ada yang aneh, tapi yang bikin aneh itu adalah cowok yang ada di mimpi itu. Jelas-jelas aku tahu banget cowok yang ada di mimpi aku itu. Dia adalah Waqid. Dan yang bikin aneh lagi adalah Waqid itu bukan pacarku (karena aku lagi jomblo), bukan juga mantan pacarku, bukan teman baikku pula. Oke lah dia itu memang teman sekelasku, tapi sumpah deh! Aku sama sekali gak suka sama dia, ngobrol sama dia saja jarang, paling ngomongnya kalau ada yang penting doang, kalau gak ada yang penting, ya bodo amat!

Aku memang gak dekat sama Waqid. Makanya aku heran kenapa dia bisa hadir di mimpi aku, padahal aku gak sedikitpun mikirin dan merhatiin dia. Lah, kok dia bisa eksis di mimipi aku? Pakai ada adegan romantisnya segala lagi. Akh, aku jadi stress mikirinnya nih!

“Hei! Dodol garut! Pede banget sih hidup lo, sudah tahu telat eh jalannya kayak keong!” seru seseorang yang membuyarkan lamunanku.
“Eh, elo, Nev! Lah kok gue ada di sini sih?”
“Mati rabit, ternyata lo dari tadi bengong, Lun?” tanya Neva sambil mengendarai motornya pelan-pelan.
“Gak tahu! Trus, lo kok ada di sini?”
“Wah, parah lo! Kenapa lo, Lun? Kok kayak orang plongo githu? Halah, itu sih entar saja dijawabnya, yang penting kita sudah telat nih, buruan naik ke motor gue!” Neva langsung menarik tanganku.
“Apa? Telat? Perasaan tadi gue berangkat dari rumah setengah enam kok…”
“Sumpah lo? Berangkat jam setengah enam, jam tujuh lewat masih ada di sini? Jangan-jangan lo dari rumah sampai sini jalan kaki ya?”
“Gak tahu, gue lupa!”
“Lo kenapa sih, Lun? Dari tadi kok aneh banget? Sakit?”
“Gak tahu, gue bingung!” jawabku yang kayaknya belum menyatu dengan alam.
****
Sip deh! Untung saja pintu gerbang sekolah belum di tutup. Jadi masih belum terlambat. Setelah parkir motor, aku dan Neva lari-larian menuju kelas, coz biasanya jam segini, Bu Darmaya yang maha killer itu, sudah masuk kelas dan dia paling benci sama anak yang datang telat. Kalau dia nemuin anak murid yang masih saja telat waktu pelajaran dia, dia akan siksa anak itu sampai termehek-mehek. Maksudnya biar ada efek jera tapi caranya sadis euy!

Tepat di depan kelas,
“Wadaaaw! Waqid, kalau jalan lihat-lihat dong, hampir saja gue ketabrak sama lo. Kan bukan muhrim tauk!” semprot Neva yang nyaris bertabrakan dengan Waqid.
“Wah, kalian telat ya? Selamat lo, untung Madam Killer gak ada. Coba kalau ada, bisa dicincang jadi perkedel lo!” ledek Waqid.
“Memang Miss Devil itu kemana?”
Duuh! Kok aku jadi deg-degan sih di depan Waqid? Perasaan dulu kalau dekat Waqid, biasa saja deh. Apa ini efek dari mimpi aneh itu? Bodoh, itu kan cuma mimpi, masa aku harus terpengaruh sama mimpi yang gak jelas itu? Buat apa juga dipikirin!
“Luna kenapa sih? Kok wajahnya kelihatan bingung githu? Lagi mikirin apaan?” Tiba-tiba Waqid menatapku dan DUUUUUAAAARRRRR! Jantungku langsung berdenyut ekstra keras dan cepat.
“Tau tuh! Dari tadi dia aneh banget, bengong saja. Sampai-sampai dia gak sadar kalau dari rumahnya di Proyek sampai sekolah jalan kaki,”celoteh Newva.
“Wah, gawat tuh! Jangan-jangan Luna dihipnotis orang. Coba periksa hape sama dompetnya, masih ada atau gak?”
“Gue gak kenapa-napa kok… sudah ah, gue mau tidur. Mumpung lagi gak ada guru, gue masih ngantuk nih!”
Padahal sih kenyataannya aku gak bisa tidur sama sekali. Aku masih saja kepikiran sama mimpi itu. Sambil sesekali memperhatikan Waqid yang kini berada tepat di hadapanku, paling cuma berjarak semeter saja dari tempat aku duduk.
“Luna, gue hitung sampai tiga, lo harus cerita ke gue. Kalau gak, jangan pernah anggap gue sebagai sahabat lo lagi!” kata Neva yang tahu-tahu sudah nongol di hadapanku.
“Apaan sih? Memang apa yang harus gue ceritain ke elo?”
”Jangan sok bego, gue tahu banget, lo lagi ada masalah kan? Cepet ceritain ke gue atau gue akan buat perhitungan sama lo!”
“Lo tuh kenapa sih ngancamnya githu mulu, bosen gue!”
“Makanya kalau gak mau diancam, lo harus cerita ke gue!”
“Tapi lo janji ya jangan ngetawain gue. Gue bingung,  Va, semalam gue mimpi aneh banget!”
“Mati rabit, jadi lo dari tadi plonga-plongo kayak kebo cuma gara-gara mimpi? Gue kira lo lagi ada masalah besar eh ternyata cuma gara-gara mimpi, rugi gue khawatirin elo!”
“Tapi ini mimpinya aneh banget, Va. Gue mimpi di peluk sama Waqid!”
“Haaaa? Waqid?”
“Ampun deh, dia teriak, kalau orangnya dengar gimana? Gue gigit lo!” omelku.
“Sory, sory, memang lo suka ya sama Waqid?” Neva mengecilkan volume suaranya.
“Gak, mikirin dia saja gak, mandangin juga gak, apalagi suka. Dia kan bukan tipe gue banget.”
“Lah terus kenapa lo bisa mimpiin dia?”
“Itu juga yang dari tad gue pikirin, kok lo malah nanya ke gue sih? Gue juga bingung, Va. Apalagi tadi pas gue ketemu sama dia, gue jadi grogi dan salah tingkah, jantung gue berdebar-debar, kayaknya gue mulai terpengaruh sama tuh mimpi.”
“Jadi, intinya lo suka sama Waqid?”
“Gak. Kan sudah gue bilang, dia itu bukan tipe gue, Va.”
“Tapi gara-gara tuh mimpi, lo jadi suka kan sama Waqid? Anggap saja lo suka sama dia dan gue akan bantu lo dapetin Waqid.”
“Gila lo! Gak mungkin laaah!”
“Kenapa gak mungkin? Kan pelajaran Tata Boga, pas praktek masak, kita sekelompok sama Waqid. Jadi, lo bisa pedekate sama dia! Oke?”
“Haaa?”
Mati gue, kalau begini caranya, aku bisa suka beneran sama Waqid! Oh, Tidak!!!!
“Kok bengong lagi sih? Lo setuju kan?  Pokoknya gue yakin deh pas acara masak-masak minggu depan, lo pasti sudah jadian sama Waqid. Tenang saja deh! Kakaknya Waqid juga masih jomblo kok. Lo serahin saja semua urusan ke gue,” celoteh Neva dengan nada yakin.
****
Entah kenapa ya kok akhir-akhir ini aku jadi sering merhatiin Waqid dan suka cari perhatian ke dia? Apa aku sudah tersugesti sama Neva yang saban hari ngomongin soal Waqid? Wah, berarti Neva sukses donk dalam usahanya sebagai Mak Comblang!
“Hei Luna Mayat! Mulai deh plongonya! Orang lagi pada diskusi dia masih sempet-sempetnya bengong!” Neva marah-marah.
“Eh, gue ada dimana nih?” Aku jadi bingung sangking enaknya melamun.
“Mati rabit, jadi dari tadi lo gak dengarin gue, Waqid, Evan, dan Mila ngomong apa?”
“Memang kalian ngomong apa?” tanyaku tanpa dosa.
“Lo kenapa sih, Lun? Sakit? Kalau sakit mending lo pulang saja duluan,” sahut Waqid yang bikin aku jadi lagi-lagi salah tingkah.
“Gak kok. Gue cuma melamun saja tadi.”
“Ya sudah, gini loh ceritanya, besok kan kita mau ke pasar tuh belanja bahan-bahan untuk acara masak-masak hari senin. Jadi, kita janjian di depan pasar jam 9 pagi, on time. Nih, Lun, lo saja yang pegang uang belanjanya, kan lo tahu sendiri gue orangnya pelupa, jadi takut hilang.”
“Kok gue yang pegang sih, Nev? Mila kan bisa!” protesku.
“Wah, gue gak tahu besok bisa datang atau gak, kan gue ke gereja, gue minta toleransi lo semua ya,” kata Mila.
“Iya deh, tapi kan masih ada Evan.”
“Oke, sini gue yang pegang. Lumayan bisa beli komik Naruto terbaru!”
“Yee… stress lo! Ini kan uang buat belanja! Kalau gitu yang pegang… eh, gak deh, gue saja yang pegang uangnya!” Aku gak sanggup untuk menyebut nama waqid yang kini ada di hadapanku. Fuih, mana dia ngeliatin aku lagi, kan grogi!
“Oke, besok semuanya, kecuali Mila, harus datang ya!” Neva tampak semangat.
****
Pukul 08.45 aku sudah sampai di depan pasar yang dimaksud, tapi ternyata belum ada satupun anak yang datang. Aku mulai curiga, jangan-jangan mereka mau ngerjain aku, aku disuruh belanja sendirian sementara mereka santai-santai di rumah. Wah, pantas saja uangnya dikasih ke aku. Dasar licik!
“Lun, sudah lama nunggu ya?”
Anjrit, Waqid datang! Dia keren banget, baru kali ini aku lihat dia gak pakai seragam. Mantap banget deh untuk disantap eh maksudnya mantap banget untuk ditatap.
“Hei, kok bengong?”
“Oh, gak apa-apa. Kok yang lain belum datang ya? Katanya on time, ini sudah jam 9 baru kita berdua yang datang.”
“Memang cuma kita berdua kok yang belanja.”
“Apaa?”
“Evan tadi telpon gue, katanya dia gak bisa datang karena harus bawa kucingnya yang sakit ke dokter hewan. Sementara Neva, dia gak bisa datang karena lagi dapet, sakit perut katanya.”
Wah, ini sih siasatnya Neva. Waduh, gila saja aku harus jalan berduaan sama Waqid? Senang sih, tapi GROGI tauk!
Dan akhirnya, aku gak bisa menolak untuk berduaan sama Waqid hari ini. Mana aku dan waqid disangkain pengantin baru mulu lagi, habis mesra saja githu ke pasar berduaan. Aku kayaknya harus berterima kasih sama Neva yang sudah kasih aku kesempatan ini. Dan aku pikir gak ada salahnya juga kali ya aku pedekate sama Waqid. Kayaknya dia beneran masih jomblo. Buktinya, dari tadi hapenya sepi-sepi saja tuh, gak ada telpon atau SMS.
“Luna, awaaaas!” Waqid memelukku. Aku jadi kaget. Rupanya aku hampir keserempet motor yang lagi ngebut.
“Lo kenapa sih, Lun? Kok dari tadi bengong mulu? Lo sakit? Atau capek? Ya sudah, kita istirahat dulu ya? Kita makan, kebetulan gue juga belum sarapan!”
Eits, kok Waqid jalannya sambil gandeng tangan aku sih? Jadi pengen senang!
“Gak apa-apa ya kalau gue gandeng lo? Gue takut lo bengong lagi, kan gue gak mau lo kenapa-napa, tanggung jawabnya berat ke orangtua lo!”
Oh, githu toh maksudnya, gak apa-apa kok kamu pegang tanganku, soalnya tangan kamu hangat banget. Hangatnya sampai menjalar ke seluruh tubuhku. Eh, kayaknya aku pernah ngalamin hal kayak gini deh, kapan ya? Dejavu kah? Akh, aku ingat! Kejadian ini kan sama persis sama mimpiku, cuma beda background-nya saja, kalau di mimpi latarnya pantai, kalau sekarang latarnya pasar! Tuhan, apakah ini yang namanya the dream come true?
****
“Sudah selesai nih belanjanya. Lo gue antar pulang ya? Sekalian gue mau tahu di mana rumah lo. Gue bawa motor kok.”
Duh, apa nih maksudnya? Waqid pengen tahu rumah aku? Jangan-jangan Waqid sebenarnya juga suka sama aku? Duh, jadi geer nih!
“Lun, rumah lo di sekitar sini? Berarti dekat donk sama rumahnya… akh, itu dia anaknya… Pritaaaa!” Waqid memanggil seseorang dan kemudian menengoklah orang yang dimaksud itu. Ternyata dia manggil si Prita, tetanggaku yang baru pindah seminggu yang lalu.
“Lo kenal Prita, Qid?” tanyaku bingung.
“Iya, kenal banget.” Motor Waqid berhenti di dekat Prita dan Prita tersenyum sama Waqid.
“Aa kenal juga ya sama Luna? Oh iya,  kalian kan satu sekolah ya?” kata si Prita yang bikin firasatku jadi gak enak.
“Lun, gue gak nyangka rumah lo dekatan sama Prita, jadi kalau gue lagi ngapel ke rumah Prita, gue bisa sekalian nengokin elo ya…”
Mati rabit, kutu loncat, kadal bunting, bilang kek dari dulu kalau sudah punya pacar, kan gue jadi gak jatuh cinta sama lo gini. Dasar mimpi sialaaaan!!!
****

 Jangan lupa, sebelum meninggalkan halaman ini, tulis saran dan kritik untuk Cerpen ini ya. Makasih... ^^

1 komentar: